Khamis, 29 September 2016

Santau

Berdoa

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (Riwayat At-Tirmidzi)

Ahad, 25 September 2016

Melanggar Perintah Nabi

Seorang lelaki telah datang kepada al-Imam Malik dan berkata: “Wahai Abu ‘Abd Allah (gelaran al-Imam Malik) dari mana aku patut berihram?
Jawabnya: “Daripada Zu Hulaifah di tempat yang Rasulullah berihram”.
Kata lelaki itu: Aku ingin berihram bermula dari Masjid Nabi.
Jawab al-Imam Malik: “Jangan buat”.
Kata lelaki itu: Aku ingin berihram bermula dari kubur Nabi s.a.w..
Jawab al-Imam Malik: “Jangan buat, aku bimbang fitnah (kerosakan agama) menimpa kamu”.
Tanya lelaki itu: Apa fitnahnya?!! Ia hanya jarak yang aku tambah.
Jawab al-Imam Malik: “Apakah lagi fitnah yang lebih besar daripada engkau melihat bahawa engkau telah mendahului satu kelebihan yang RasululLah s.a.w yang telah menguranginya. Sesungguhnya aku telah mendengar Allah berfirman: (maksudnya) “Berhati-hatilah mereka yang menyalahi perintahnya (RasululLah s.a.w), jangan sampai menimpa mereka musibah, atau menimpa mereka azab seksa yang pedih (Surah al-Nur ayat 63)”
(Al-Syatibi, Al-I’tisam, m.s. 102 Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi)
Walaupun lelaki ini ingin berihram daripada tempat yang begitu baik iaitu masjid Nabi s.a.w, atau kubur baginda s.a.w, namun al-Imam Malik bin Anas membantahnya disebabkan ia ibadah yang tidak dilakukan oleh Nabi s.a.w.
Beliau menyatakan ini adalah fitnah kerana seakan lelaki itu menganggap diri seakan dapat melakukan ibadah yang lebih baik daripada Nabi s.a.w.
Jelas, niat yang baik tidak memadai jika tidak berdasarkan petunjuk yang betul.

Rabu, 21 September 2016

Korban

Masya Allah!! Pemahaman Kita Selama Ini Tentang Qurban Keliru, Ini Penjelasan Syeikh Ali Jaber.

Syeikh Ali Jaber meluruskan beberapa pemahaman yang keliru tentang tata cara pelaksanaan ibadah Qurban. Dalam sebuah kesempatan beliau berceramah di mesjid Ar-Rahim, Menara 165 ESQ, Jakarta, tepatnya pada 03 Oktober 2014 yang lalu.

Ada tiga hal yang beliau sorot yaitu tentang jumlah qurban per-orang, memakan daging qurban dan pembayaran ongkos penyembelihan dengan kulit hewan qurban.

1. Jumlah qurban

Persoalan pertama yang beliau luruskan adalah tentang jumlah qurban. Ada pemahaman yang berkembang di masyarakat, satu orang wajib berkurban dengan satu ekor kambing. Apabila dalam sebuah keluarga ada lima orang anak, maka menjadi genap tujuh orang sehingga wajib berkurban dengan 1 ekor sapi (konversi dari 7 ekor kambing). Jika tidak mampu, maka bisa berqurban dengan kambing dahulu, misal tahun ini mampu 1 ekor kambing atas nama istri, tahun depan atas nama anak, demikian seterusnya hingga seluruh anggota keluarga sudah dijatah per 1 ekor kambing.


"Ini hal keliru! Qurban berbeda dengan Aqiqah dan Zakat Fitrah yang dihitung perorang. Qurban hitungannya perkeluarga bukan perorang. Ketika nabi Ibrahim AS hendak sembelih Ismail, diganti dengan 1 ekor kambing oleh Allah SWT, padahal Ibrahim beserta 2 istri dan 2 anak harusnya lima ekor. Demikian juga Nabi Muhammad SAW, berkurban dengan 2 kambing. Pada kambing pertama beliau berkata 'Bismillah atas nama Muhammad dan keluarga Muhammad'. Lalu pada kambing kedua beliau berkata 'Atas namaku dan ummatku'. Padahal berapa jumlah istri dan anak serta umat beliau?" kata Syeikh Ali menjelaskan.

"Kewajiban itu tidak lebih dari 1 ekor kambing. Jika mampu 1 sapi atau 1000 sapi silahkan, karena tidak ada larangan atas kemampuan. Misalnya seorang bapak dengan seorang anak berqurban dengan 1 kambing, sah. Dengan 1 sapi silahkan. Seorang bapak dengan 4 orang istri dan masing-masing 10 orang anak hendak berqurban, wajib dengan 1 kambing saja untuk 45 orang sekeluarga. Jika mampu 1000 kambing atau 1000 sapi, boleh, silahkan," lanjut Syeikh menambahkan penjelasannya.

Tentang nama-nama yang disebut saat penyembelihan, Syeikh Ali mengatakan tidak ada kewajiban atas hal tersebut. Karena hakikatnya menyebut atas nama keluarga sudah mencakup seluruh anggota keluarga termasuk orang tua yang sudah meninggal dunia.

"Bismillah atas namaku dan keluarga. Tidak perlu membawa nama-nama. Atas namaku dan keluarga sudah termasuk orang tua yang meninggal. Ada



sebagian ulama membolehkan, kalau kita mampu dan mau khusus, kambing atas nama orang tua, tidak masalah. Kalau tidak mampu, maka 1 ekor sudah termasuk keluarga dan orang tua kita. Ini adalah salah satu sedekah yang berguna bagi orang tua yang meninggal di keluarga kita," katanya.
 
2. Makan daging qurban

Persoalan kedua yang beliau sorot adalah sunnah yang mulai hilang yaitu banyak yang tidak mau makan dari hasil qurban. Sebagian besar masyakarat tidak mau memakan daging qurban dengan alasan ingin disedekahkan semua untuk fakir miskin.

"Padahal ini adalah sunnah Rasul seperti dalam aqiqah. Rasululullah membagi qurban menjadi tiga, pertama dihadiahkan kepada orang kaya untuk silaturrahim, kedua disedekahkan untuk orang miskin, dan yang ketiga untuk diri sendiri. Bahkan Rasulullah SAW sebelum shalat 'Ied berpuasa, lalu membatalkannya sesudah shalat dari hasil sembelihan hewan qurban," kata Syeikh Ali.

Beliau menekankan bahwa daging qurban yang ingin disedekahkan semua tidak masalah, namun mengajak jamaah agar sesekali menghidupkan sunnah Rasul dengan memakan daging qurban.

3. Pembayaran dengan kulit dan kepala

Persoalan ketiga yang beliau sorot adalah maraknya pembayaran ongkos penyembelihan hewan qurban dengan kulit dan kepala, padahal tidak dibenarkan.

"Tidak boleh pembayaran hasil sembelihan dari kulitnya. Banyak tukang sembelih datang, ketika kita tawarkan untuk sembelih dan tanya berapa, 'ndak papa kasi aja kulitnya sama kepalanya'. Jangan anda setuju dan terima," kata beliau menegaskan.

"Qurban itu lillahi ta'ala bukan jual beli. Kalau sudah dijual berarti bukan qurban karena tidak lillahi ta'ala," tambahnya.

Beliau memberikan jalan keluar dengan terlebih dahulu menjelaskan akad awal dengan tukang sembelih terutama berapa ongkos atau biaya yang diminta. Sedangkan kulit dan kepala bisa diberikan sebagai hadiah.

"Ijab kabul. Tentukan, misal ongkos sembelihan 50 ribu. Jika setuju, selesai! Jika sesudah penyembelihan kita berikan ongkosnya dan tambahkan kulit dan kepala sebagai hadiah, tidak masalah. Tetapi bukan untuk bayar sembelihan. Jadi harus dibedakan," kata beliau.

Beliau juga menegaskan bahwa amalan ibadah qurban bisa tidak diterima Allah, jika sebagian dari hasil sembelihan dijadikan pembayaran atau ongkos.

Syeikh Ali Saleh Muhammad Ali Jaber, adalah salah seorang Imam di Mesjid Nabawi, Madinah. Beliau menyelesaikan 30 juz hafalan Al-Qur'an pada usia 11 tahun di Madinah. Sebagian besar masa kecilnya dihabiskan dengan mengaji kepada para Syeikh di Mesjid Nabawi.

Wallahu a'lam bish showab. Berikut video ceramah Syeikh Ali Jaber.

Sumber : Beradab.com

Isnin, 19 September 2016

Kirim Pahala Al Fatihah

Kirim Pahala Al Fatihah


Cara Mengirim Al Fatihah Untuk Almarhum Cara Kirim Al Fatihah Untuk Almarhum Cara Mengirim Doa Untuk Almarhum Cara Mengirim Al Fatihah Untuk Seseorang Cara Mengirimkan Alfatihah Untuk Almarhum
Kita biasa saksikan di tengah-tengah masyarakat kita mengenai tradisi kirim pahala. Dalam do’a mereka katakan, “Ilaa hadroti ‘fulan’, al fatihaah”. Bagaimanakah pandangan Islam tentang hal ini? Apakah amalan semacam itu diajarkan dalam Islam?

Syaikh Muhammad Nashiruddin dalam Ahkamul Janaiz menyebutkan,
أن قول الناس اليوم في بعض البلاد: ” الفاتحة على روح فلان ” مخالف للسنة المذكورة، فهو بدعة بلا شك، لا سيما والقراءة لا تصل إلى الموتى على القول الصحيح
“Perkataan yang masyhur di tengah-tengah masyarakat di berbagai negeri, “(Kirim pahala) Al Fatihah pada ruh ‘fulan’ ” adalah menyelisihi ajaran Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, itu termasuk amalan yang tiada tuntunan tanpa diragukan lagi. Lebih-lebih pahala bacaan Qur’an tidak sampai pada orang yang telah mati menurut pendapat yang lebih tepat.
Dalam Ahkamul Janaiz disebutkan pula,
وأما قراءة القرآن عند زيارتها، فمما لا أصل له في السنة، بل الاحاديث المذكورة في المسألة السابقة تشعر بعدم مشروعيتها، إذ لو كانت مشروعة، لفعلها رسول الله وعلمها أصحابه، لا سيما وقد سألته عائشة رضي الله عنها – وهي من أحب الناس إليه – عما تقول إذا زارت القبور؟ فعلمها السلام والدعاء.
ولم يعلمها أن تقرأ الفاتحة أو غيرها من القرآن، فلو أن القراءة كانت مشروعة لما كتم ذلك عنها، كيف وتأخير البيان عن وقت الحاجة لا يجوز كما تقرر في علم الاصول، فكيف بالكتمان، ولو أنه علمهم شيئا من ذلك لنقل إلينا، فإذ لم ينقل بالسند الثابت دل على أنه لم يقع.
“Adapun membaca Al Qur’an ketika ziarah kubur, maka tidak ada landasan dalil sama sekali. Bahkan hadits yang membicarakan hal tersebut yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan amalan tersebut tidak disyari’atkan. Dan seandainya hal tersebut disyari’atkan, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamakan melakukannya, begitu pula para sahabat. Ketika ‘Aisyah -istri yang paling dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam – bertanya pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai apa yang dibaca ketika ziarah kubur, maka yang dianjarkan pada ‘Aisyah adalah ucapan salam dan do’a. Dan tidak dianjarkan membaca Al Fatihah atau bacaan Qur’an lainnya. Seandainya membaca Al Qur’an tatkala ziarah kubur itu disyari’atkan, maka tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diam. Bagaimana beliau bisa mengakhirkan penjelasan dari waktu yang dibutuhkan? Tentu tidak boleh, sebagaimana telah diketahui dalam ilmu ‘ushul. Mana mungkin bisa diam dalam kondisi semacam itu? Seandainya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan pada para sahabat akan hal itu, tentu akan sampai pada kita. Jika tidak ada riwayat sanad dalam perkara ini, maka itu menunjukkan amalan tersebut tidak ada.”
Hanya Allah yang memberi petunjuk kepada kebenaran.

Baca artikel lainnya di Rumaysho.com:
  1. Membaca Al Qur’an di Sisi Kubur
  2. Beda antara Adat dan Ibadah
  3. Niyahah dan Selamatan Kematian
  4. 3 Syarat Disebut Bid’ah
  5. Beda Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Sayyi’ah
  6. Antara Kirim Pahala dan Acara Selamatan Kematian
  7. Lebih Baik Kirim Pahala untuk Orang Tua atau Diri Sendiri?
  8. Beberapa Kekeliruan Seputar Mayit dan Kubur
  9. Amalan-amalan yang Bermanfaat Bagi Mayit
  10. Menghadiahkan Pahala Bacaan Al Qur’an untuk Mayit



Read more https://rumaysho.com/3156-kirim-pahala-al-fatihah.htmlKirim Pahala 

Ahad, 18 September 2016

Imam yang SESAT

Para tokoh penyesat umat lebih berbahaya dibandingkan dajjal

Dari Abu Dzar dia berkata : “Dahulu saya pernah berjalan bersama Rasulullahﷺ, lalu beliau bersabda :
«لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي»
“Sungguh, bukanlah Dajjal yang paling aku takutkan atas umatku.”
Beliau mengatakannya tiga kali. Maka saya bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah selain Dajjal yang paling Anda takutkan atas umat Anda?” Beliau menjawab :
«أَئِمَّةً مُضِلِّينَ»
“Para tokoh penyesat.”
Musnad Ahmad (35/222) dan dinilai shahih oleh al-Albany.
Dan dari Abu Tamim al-Jaisyany dia menceritakan bahwa dia mendengar Abu Dzar berkata : “Saya dahulu pernah berjalan berdampingan dengan Nabi ﷺ menuju rumah beliau, lalu saya mendengar beliau bersabda :
«غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِي مِنَ الدَّجَّالِ»
“Bukan Dajjal yang lebih aku takutkan atas umatku dibandingkan Dajjal.”
Maka ketika saya khawatir beliau akan keburu masuk ke dalam rumah, saya segera bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang lebih Anda takutkan atas umat Anda dibandingkan dengan Dajjal?” Beliau menjawab :
«الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ»
“Para tokoh penyesat.”
Musnad Ahmad (35/222) dan dinilai shahih oleh al-Albany.
Al-Munawy rahimahullah berkata :
“Para imam yang menyesatkan adalah yang berpaling dari kebenaran dan memalingkan orang lain darinya. Kata ‘aimmah’ sendiri merupakan bentuk jamak dari kata ‘imam’ yang maknanya adalah orang yang dijadikan panutan oleh suatu kaum dan menjadi pemimpin mereka, dan juga bermakna siapa saja yang mengajak kepada sebuah ucapan, perbuatan, atau keyakinan. Jadi bisa bermakna para pemimpin dalam bidang ilmu dan juga penguasa. Seorang penguasa jika tersesat dari sikap adil dan menyelisihi kebenaran maka semua orang awam akan mengikutinya, karena takut terhadap kekuasaannya dan mengharapkan kedudukannya. Sedangkan pemimpin dalam bidang ilmu terkadang terjatuh pada syubhat dan tertimpa ketergelinciran, lalu dia tersesat dengan sebab hawa nafsu atau bid’ah, kemudian kaum Muslimin yang awam mengikutinya karena taklid, meremehkan dosa karena memperturutkan hawa nafsu, atau berebutan mengejar dunia dari harta penguasa, atau dengan berbuat maksiat, sehingga orang-orang awam tertipu dengannya.”
Faidhul Qadir, jilid 2 hlm. 653
Saluran Telegram asy-Syaikh Fawaz bin ‘Ali al-Madkhaly hafizhahullah

Ahad, 11 September 2016

Cara Sembelih

PETUA MENYEMBELIH BINATANG
AMALAN ALMARHUM TUAN GURU HJ HASHIM, MUDIR PONDOK PASIR TUMBOH DAN TOK2 GURU TUKANG SEMBELIH..
1. Supaya daging tidak berlemak;
a) Ada wudhu’ ketika sembelih binatang.
b) Mata pisau disapu terlebih dahulu dengan minyak yang ada dibahagian hidung kita.
c) Hulu pisau dibungkus dengan kertas atau sebagainya.
d) Mata pisau dikilir atau digerakkan dengan belakang tapak tangan.

2. Supaya daging binatang menjadi lembut;
a. Mata pisau diletak dekat butir halkum binatang
b. Kedudukan seluruh badan kita jangan berbetulan dengan mata pisau
c. Tahan nafas sewaktu hendak sembelih dan semasa sembelih maka nafas dilepas secara perlahan-lahan.
3. Bacaan ketika mahu sembelih binatang supaya daging tidak berbau busuk;
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الحَمْدُاللّهُمَّ هَذَا هَذَا مِنْكَ وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلْ مِنَّا كَمَا تَقَبَّلْتَهُ مِنْ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلِكَ وَمِنْ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبِيْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالجَنَّة
َ
4. Selesai sembelih binatang maka sapukan hujung mata pisau kepada pipi binatang tadi supaya lalat tidak datang menghurungi daging.
5. Supaya mencukup atau memadai daging bagi setiap jamuan;
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ ِلإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ إِيلاَفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
Hembus dan sapu kepada badan binatang bermula bahu hingga punggungnya.
6. Jangan basuh tangan dan mata pisau sehingga binatang sembelihan benar-benar telah mati.
- Sebaiknya tukang sembelih tidak menjadi tukang yang memandikan mayat kerana biasanya boleh membawa kepada daging menjadi keras.
P/s : Jangan lupa pula adab² dan syarat² penyembelihan yang telah ditetapkan oleh syara'..
Wallahualam...
Source : Ustaz Uthman Daud ..