Ahad, 24 April 2016

Rezeki itu Ujian

Rezeki itu Ujian


    
Rezeki itu memang suatu ujian.
Buktinya adalah ayat berikut,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Rabbku telah memuliakanku”. Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya Maka Dia berkata: “Rabbku menghinakanku“. (QS. Al-Fajr: 15-16)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia ketika ia diuji oleh Rabbnya dengan diberi nikmat dan kekayaan, yaitu dimuliakan dengan harta dan kemuliaan serta diberi nikmat yang melimpah, ia pun katakan, “Allah benar-benar telah memuliakanku.” Ia pun bergembira dan senang, lantas ia katakan, “Rabbku telah memuliakanku dengan karunia ini.” (Tafsir Ath-Thabari, 30: 228)
Kemudian Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia jika ia ditimpa musibah oleh Rabbnya dengan disempitkan rezeki, yaitu rezekinya tidak begitu banyak, maka ia pun katakan bahwa Rabbnya telah menghinakan atau merendahkannya. Sehingga ia pun tidak bersyukur atas karunia yang Allah berikan berupa keselamatan anggota badan dan rezeki berupa nikmat sehat pada jasadnya.” (Tafsir Ath-Thabari, 30: 228)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’alamengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rezeki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rezeki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لا يَشْعُرُونَ
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al-Mu’minun: 55-56)
Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rezeki, ia merasa bahwa Allah menghinangkannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali.
Allah memberi rezeki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau pada yang tidak Dia cintai. Begitu pula Allah menyempitkan rezeki pada pada orang yang Dia cintai atau pun tidak.  Sebenarnya yang jadi patokan ketika seseorang dilapangkan dan disempitkan rezeki adalah dilihat dari ketaatannya pada Allah dalam dua keadaan tersebut. Jika ia adalah seorang yang berkecukupan, lantas ia bersyukur pada Allah dengan nikmat tersebut, maka inilah yang benar. Begitu pula ketika ia serba kekurangan, ia pun bersabar.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 562-563)
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati RabbihiMuhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

biji tasbih

Soalan: Bagaimana hukumnya jika kita berzikir menggunakan tasbih? Dicatat oleh ustazcyber.com di 5:25:00 PG JAWAB: Kami kutip dari islamqa.ca., sebagian ulama berpendapat dalam masalah ini dengan memperbolehkan penggunaannya disertai dengan pendapat bahawa bertasbih dengan tangan itu lebih utama. Sementara sebahagian lainnya memasukkan dalam perkara bid’ah. Syikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Fatawa, 22/187 mengatakan: “Terkadang ada orang yang nampak meletakkan sajadah di lututnya dan tasbih di tangannya dan menjadikan hal itu sebagai syiar agama dan solat. Telah diketahui secara mutawatir, bahawa Nabi sallallahu’alaihi wa sallam beserta para shahabatnya tidak menjadikan hal ini sebagai syiarnya. Dahulu mereka bertasbih dan menghitungnya dengan jari jemarinya sebagaimana dalam hadits, وَأَنْ يَعْقِدْنَ بِالأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولاَتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ. “Dan hitunglah dengan jari jemari, kerana sesungguhnya (jari-jemari itu) akan ditanya dan akan berbicara.” (HR. Abu Daud dan Tirmizi) Boleh jadi ada yang bertasbih dengan kerikil atau biji. Bertasbih dengan tasbih sebahagian orang ada yang menganggapnya makruh, di antara mereka ada yang meringankan (boleh). Akan tetapi tidak ada satupun yang mengatakan, ‘Bahawa bertasbih dengannya itu lebih baik daripada bertasbih dengan jemari atau lainnya.” Kemudian beliau rahimahullah berbicara tentang bab riya, “Bertasbih dengan tasbih termasuk riya dengan perkara yang tidak disyariatkan. Hal itu lebih buruk dibandingkan riya dengan perkara yang tidak disyariatkan.” Ada pertanyaan tentang bertasbih dengan menggunakan tasbih ditujukan kepada Fadhilatus Syekh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah, Al-Liqa’ AL-Maftuh, 3/30. Apakah itu termasuk bid’ah?. Beliau menjawab: ”Bertasbih dengan tasbih, ditinggalkan itu lebih utama dan bukan termasuk bid’ah. Kerana ia ada asalnya yaitu sebahagian shahabat bertasbih dengan menggunakan kerikil. Akan tetapi Rasul sallallahu alaihi wa sallam memberikan arahan, bahawa bertasbih dengan jemari itu lebih utama dengan mengatakan, ‘hitunglah –mengucapkan kepada para wanita- dengan jari jemari, kerana ia (nanti) akan berbicara.” Bertasbih dengan tasbih tidak termasuk haram juga tidak bid’ah. Akan tetapi ditinggalkan itu lebih utama, kerana orang yang bertasbih dengan tasbih itu meninggallkan yang lebih utama dan terkadang orang yang memakai tasbih sedikit masuk penyakit riya. Kerana kita saksikan sebagian orang memegang tasbih berisi seribu butir, seakan-akan mengatakan kepada orang ‘liihatlah saya bertasbih seribu kali tasbih’. Ketiga, orang yang bertasbih dengan tasbih seringkali hatinya lalai. Oleh kerana itu kita jumpai dia bertasbih dengan tasbih sementara matanya melihat ke atas, ke kanan ke kiri. Yang menunjukkan lalai hatinya. Maka yang lebih utama seseorang bertasbih dengan jemarinya. Yang lebih utama menggunakan tangan kanan bukan kiri. Kerana Nabi sallallahu’alaihi wa sallam biasanya ketika bertasbih biasanya menghitungnya dengan jari tangan kanan. Kalau bertasbih dengan memakai kedua tangan semuanya itu tidak mengapa. Akan tetapi yang lebih utama bertasbih dengan tangan kanannya saja.” Syekh Muhammad Nasirudin Al-Albany rahimahullah berkata dalam kitab As-Silsilah Ad-Dhaifah, 1/110 ketika metakhrij (menilai hadits) ‘Sebaik-baik pengingat adalah tasbih’, “Kemudian hadits ini menurut saya dari segi ertinya juga batil kerana beberapa hal: baca lagi Pertama, bahwa tasbih itu bid’ah, tidak ada pada masa Nabi sallallahu’alaihi wa sallam. Timbulnya setelah masa beliau sallallahu’alihi wa sallam. Bagaimana beliau sallallahu’alihi wa sallam menganjurkan kepada para shahabatnya urusan yang tidak diketahuinya? Dalil yang saya sebutkan adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Wadhah dalam kitab ‘Al-Bida’ Wan Nahyu Anha’ dari As-Shalt bin Bahram, dia berkata, Ibnu Mas’ud melewati wanita membawa tasbih untuk bertasbih, maka beliau memutus dan melemparnya. Kemudian melewati lelaki yang bertasbih dengan kerikil, maka didepak dengan kakinya kemudian mengatakan, ‘Sungguh kamu telah melakukan bid’ah yang zalim, sungguh anda telah mengalahkan ilmu para shahabat Nabi sallallahu’alihi wa sallam. Dan sanadnya shoheh sampai As-Solt beliau tsiqah (terpercaya) dari pengikut para tabiin. Kedua, ia menyalahi ajaran Beliau sallallahu’alaihi wa sallam. Abdullah bin Amr radhiallahu’anhu berkata, ‘Saya melihat Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam menggenggam ketika bertasbih dengan tangan tangannya. Beliau juga berkata, 1/117: “Jika dalam tasbih hanya terdapat satu keburukan saja yaitu mematikan sunnah menghitung dengan jemari sedangkan semua sepakat bahwa hal itu (menghitung dengan jemari) lebih utama, maka tersebut sudah cukup. Sebenarnya saya jarang melihat seorang syekh menggenggam ketika bertasbih dengan ruas jemari. Kemudian orang-orang berkreasi membuat (tasbih) yang bid’ah ini. Anda melihat orang yang mengikuti salah satu kelompok sufi melilitkan tasbihnya di leher. Sebagian lain menghitungnya padahal dia berbicara dengan anda atau mendengar pembicaraan anda. Terakhir yang saya lihat beberapa hari lalu, saya melihat seseorang naik sepeda biasa berjalan di jalanan ramai dan disalah satu tangannya membawa tasbih. Seakan memperlihatkan kepada orang-orang bahwa hatinya tidak lalai mengingat Allah sekejappun. Kebanyakan bid’ah ini menjadi sebab hilangnya sesuatu yang menjadi kewajiban. Sering saya dapatkan –begitu juga orang lain- ketika saya memberi salam kepada salah seorang di antara mereka, dia menjawab salam dengan isyarat tanpa mengucapkan salam. Kerusakan bid’ah ini tidak terhitung. Alangkah indahnya ungkapan seorang ahli syair Yang namanya kebaikan adalah mengikuti pedoman orang saleh terdahulu (salaf) dan keburukan adalah bid’ah orang yang datang kemudian (khalaf). Wallahuta’ala a’lam. [https://www.islampos.com]

Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

Khamis, 21 April 2016

Tanda hitam di dahi


Soalan:
Assalamualaikum ustaz,
#B3tulkah tanda solat kita membekas pada kehidupan kita, ada tanda hitam di dahi? Seorang sahabat saya kata dia tak ikut ustaz-ustaz yang berceramah kalau tidak ada tanda solat di wajah mereka. Katanya, di dalam Al-Quran pun menyebut sifat-sifat sahabat nabi ada tanda solat di wajah mereka. Katanya dia sekarang tengah berusaha supaya ada hitam di dahi.
-Aslan, Sabah-
Jawapan:
#Akhi Aslan pertanyaan yang diajukan ini agak sensitif kerana ia akan menyentuh hal peribadi dan penampilan orang lain. Namun jika tidak diberi pencerahan juga adalah suatu tindakan yang kurang bijak kerana membiarkan orang seperti rakan saudara sewenang-wenangnya menilai orang lain dengan penilaian dari tafsiran yang salah.
Ayat yang dimaksudkan oleh rakan sudara itu ialah firman Allah :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
“ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari kurniaan Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29)
R@kan saudara beranggapan bahwa dahi yang hitam kerana sujud adalah maksud dari “tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas sujud”. Sedangkan menurut para ulama tafsir tanda atau kesan sujud tersebut bukanlah hitamnya dahi.
!mam at-Thabari telah meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik. at-Thabari juga dengan sanad yang kuat meriwayatkan dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyukan. Dalam riwayat yang lain at-Thabari meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “ Tanda mereka adalah solat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal. 546)
Jelas sekali tafsiran rakan saudara tidak menepati tafsiran para ulama yang lebih dipercayai. Bahkan menilai kesolehan orang lain hanya dengan kesan hitam di dahi juga tidak betul.
عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.
Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah insan? Jawab beliau, “ Bukan, bahkan ada orang yang ‘bertompok’ di antara kedua matanya itu bagaikan ‘tompok’ yang ada pada lutut unta namun dia adalah orang jahat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyukan” (Riwayat Baihaqi ; Sunan Kubro ; 3702).
Hakikat dahi hitam
Hanya Allah yang mengetahui rahsia dahi hitam. Ada orang yang bertanda hitam di dahi secara semulajadi atau tanpa disengajakan dan mungkin juga kerana banyak sujud. Moga ia adalah suatu petanda baik buat mereka sebagaimana tanggapan baik rakan saudara dan kebanyakan orang.
Tetapi awas! Tanda hitam di dahi juga boleh menyebabbkan seseorang menghadapi masalah penyakit hati seperti riyak dan takbur kerana tanggapan salah orang seperti rakan saudara. Semoga Allah menjauhkan kita dari mazmumah ini ameen.
Peringatan!
Jangan sampai sengaja menggesel dahi dengan kuat ditempat sujud agar dahi berbekas hitam. Ia adalah perbuatan tercela dan ditegah kerana merosakkan wajah:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.
Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau burukkan penampilanmu! ( dengan kesan sujud )” (Riwayat Baihaqi; Sunan Kubro; 3699).
عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.
Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘tompokkan’ seperti ‘tompokkan’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada wajahmu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi ; Sunan Kubro ; 3700).
عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟ (رواه البيهقي في السنن الكبرى رقم 3698)
Dari Salim Abu Nadhr, seorang lelaki datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”, “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi; Sunan Kubro ; 3698)
عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُنذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada bersama as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merosakkan wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah solat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).
Kesimpulan
Kesolehan seseorang bukan terletak pada hitam dahinya. Tetapi pada taqwa, taat dan ikhlasnya dalam kehidupan beragama. Lihatlah berapa ramai para ulama yang kita kenali di zaman ini hitam dahinya?
P/s : Saya yang faqir memohon jutaan kemaafan kepada semua yang mungkin tersinggung dengan penulisan ini. Tidak ada niat untuk memalukan sesiapa. Hanya ingin menyatakan yang hak agar ummah tidak semudah itu menolak para ilmuwan yang tidak bertanda di dahi.. Wallahu a’lam
Akhukum Ustaz Mohd Hazri al-Bindany 
Pembimbing Majlis Ta’lim Darul Muhajirin

Rabu, 20 April 2016

Dia Nampak Air

‪#‎Kongsikan‬ bersama...
Pencuri Tidak Boleh Keluar Rumah, Dia Nampak Laut Dia Nampak Air
“Pernah tak dengar pencuri pecah masuk rumah tapi tak boleh keluar, dia nampak laut… , dia nampak air…
Berenang-renang dia kat ruang tamu atau kat atas simen didapur… atau dia duduk termenung atau menangis ditengah-tengah rumah… atau dalam bilik mandi…”
DOA dan AMALAN mengelakkan rumah yg ditinggalkan dari dimasuki atau dicerobohi oleh si PENCURI/PEROMPAK atau yg sama waktu dengan JIN/SYAITAN/IBLIS.
Ketika rumah anda telah dikunci dengan rapi, maka letakkan TAPAK TANGAN KANAN anda ke pintu atau dinding rumah dan bacalah ayat-ayat DOA seperti berikut ::
1 Mengucap DUA KALIMAH SYAHADAH ~ (1x)
2 Berselawat keatas Nabi SAW ~ (3x)
3 Baca Ayatul Qursi ~ (1x)
4 Baca surah Yasin (ayat ke : 9) ~ (1x)
“Wa ja’alna mim baini aidihim saddaw wamin kholfihim saddan fa aghsyaina hum fa hum laa yubsiruun”
Bermaksud :: “Dan KAMI adakan dihadapan mereka dinding-dinding dan dibelakang mereka dinding-dinding (pula), dan KAMI menutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”.
5 Lafazkan “BISMILLAHITAWAKKALTUA’LALLAH” ~ “LA HAULAWALA KHUWATA I’LLA BILLAH ‘ILL ‘ALIYIL ‘AZIIIM”
Tp kita sebagai org islam walaupun perlu tegas dgn penyamun kita perlu ada sifat bertimbang rasa atau kasihan.. lepas baca tu jgn lupa tinggalkan pelampung di setiap sudut rumah agar penyamun tu tak lemas dilautan.. jangan diletak jetski plak nti dia meronda dalam rumah tu nanti
Semoga kita mendapat perlindungan Allah jua.
Amin.

Rabu, 6 April 2016

Sahabat Rasulullah

Ibnu Mas’ud dan Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.
Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Al-‘Ilm, 2: 97) (Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 2648, 6: 308-309)
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah, serta diberi kemudahan terus berada dalam petunjuk ilmu.

Keluar majlis

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَامِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
Setiap kaum yang bangkit dari majelis yang tidak ada dzikir pada Allah, maka selesainya majelis itu seperti bangkai keledai dan hanya menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud, no. 4855; Ahmad, 2: 389. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)